Jumat, 19 April 2013

Tentang Hari iniii

hari ini.
banyak cerita yang kupunya.
tapi hanya aku,
tidak ada orang lain yang ku ceritakan.
karena itu aku.

cerita yang seharusnya mereka ku ceritakan.
lebih baik aku ceritakan pada malam saja.
saat ku terjaga dalam diam.
atau saat aku bermimpi
siapa yang hadir adalah yag kuceritakan.

entah kenapa aku ini.
kenapa hanya mimpi,
yang ku inginkan setelah aku bangun
ceritaku tidak ada yang mengingatnya.
agar tetap di Kepalaku.
dan membunuhku.
atau aku kan mati dengan ceritaku hari ini......

.Keadaan

keadaan terlalu sulit untukdimengerti.
keadaan pun membuatku harus mengerti.
keadaan membuat seakan tak mampu apa.
benar seakan simalakama.
salah seakan hina,

sama disaat posisi menjadi sebuah permasalahan..
padahal aku tahu kebenaran itu.
aku tahu hal yang seharusnya.
tapi,
itulah keadaaan, harus dimengerti.

sama seperti ketika aku harus mengalah.
tak pernah ada yang terfikir itu.
sedangkan aku terfikir dengan berat dan jelas.
........
Keadaaan.

tragedi Hujan..........


Terperangah ku sesaat setelah hujan
Dalam dingin itu ku duduk denganmu
Terhantam lenganku dengan keras

Goyah..

Ku tetap bertahan,
Ku lihat kau terseret dan jatuh
Ku telah coba menggapai mu
Tapi..
Ku biarkan kau jatubh
Lalu ku menghampiri tangismu
Ku lihat air mata
Kudengar rintihmu
Panik ku tak terbendung
Padahal ku tahu, air itu tenang dalam keadaan apapun.

Aku tak sanggup.....
Aku tak rela melihatmu seperti itu.
Ku coba tenang.
Tapi...
tetap saja
Aku akan tenang sampai melihatmu tak apa

Aku pilu..

Engkau terluka..
Aku bersyukur, kami hanya terluka
Kami masih diijinkan melihat indahnya pagi
Dan dinginnya malam
                                                                                
 disudut malam B234M

Kamis, 18 April 2013

tentang senyum

Tersenyum, betapa mudahnya hal ini dilakukan. Hanya butuh sedetik untuk merubah bentuk bibir menjadi senyum. Dan hanya butuh tujuh detik mempertahankan sang senyum untuk terlihat sebagai ungkapan ketulusan hati. Tetapi kenapa hal sederhana ini jarang terlihat? Wajah-wajah di jalan, di angkutan umum, di kantin, di kantor, bahkan di tempat wisata yang seharusnya menjadi kebun senyum, justru terlihat buram.

Kerutan-kerutan di wajah menunjukkan betapa berat beban yang harus ditanggung wajah-wajah itu. Banyak wajah yang daerah diantara dua matanya mengkerut. Menyeramkan dan tampak garang. Duh... Senyum itu sudah hilang dari wajah banyak orang. Entah kenapa senyum – bahkan tawa – yang selalu cerah menghiasi wajah-wajah itu dari kecil, sirna begitu saja. Sekarang, bahkan bukan hanya wajah-wajah tua dan dewasa yang telah kehilangan senyum manis. Wajah para remaja dan anak-anak pun telah ketularan kerutan-kerutan penuh beban itu. 

Senyum pada hakikatnya adalah salah satu anugerah indah dari Tuhan Yang Maha Indah. Tuhan sengaja menganugerahkan senyum sebagai bagian dari keindahan manusia. Sayang, anugerah indah ini, tidak banyak ditemui di wajah banyak manusia. Dunia akan jauh lebih indah bila penduduknya gemar tersenyum. Hidup dan kehidupan manusia pun akan lebih indah dan menenteramkan bila kita menemui banyak senyum di sekeliling kita. Terutama sang senyum dari wajah kita sendiri. Bukankah sangat enak bila kita menerima senyum? Dan bukankah jauh lebih enak bila kita lah yang memberi senyum? Saudara, senyum yang sederhana, mudah dan gratis itu ternyata menyimpan banyak keajaiban. Setidaknya dari berbagai pengalaman dalam hidup saya. Yap, dalam hidup saya, saya menemui banyak keajaiban. Bentuknya macam-macam. 

Ada kemudahan, kesehatan, kekayaan, kebaikan, solusi dan sebagainya dari sebuah senyuman.

Saat abu-abu

Terima kasih untuk sahabatku, Saudaraku. 
Kian jauh kaki menjamah bumi, kian lama waktu yang tergerogoti. Tidak pernah ada yang mampu untuk menggantikan sosok sepertimu, tidak ada kenangan indah seindah kenangan yang pernah kau torehkan dengan tinta emas dalam kehidupanku. Kalian telah menjadi guru, penasihat, pembimbing, kakak dan bahkan adik dalam kehidupan ini. Aku malu hingga saat ini masih seperti ini yang belum bisa melakukan apapun untuk kalian. 


Aku merasa belum berguna untuk kalian saat ini. Aku masih ingat betul saat kita masih bersama. Terlebih saat kita bersama-sama merenung, memikirkan nasib kita setelah ujian nasional telah kita lewati. Rasa takut yang kita tanggung bersama, masa depan yang kita citakan bersama, harapan indah yang kita impikan bersama. Lulus atau tidak. Dua kata itu hingga kini masih membayang dan menjadi pemersatu tali silaturahmi kami. Tetapi dengan semangat itu, saat pengumuman hasil Ujian tiba.


Kami satukan hati kita dalam genggaman cinta terhadap kebersamaan. Tidak terlupa pula heningnya kelas kami sesaat akan dibacakan pengumuman itu, bahkan secara hiperbolanya hingga mungkin semut bicara akan kami dengar saat itu. Degupan jantung kami seirama, sorot mata dan pendengaran kami pun menjadi sangat tajam, 

dari biasanya. ”L U L U S” , hampir kompak kata itu dilontarkan olah kami. 

Teriakan-teriakan bahagia itu menggelegar. Air mata bahagiapun menetes. Banyak sekali pelajaran yang telah ku ambil dalam kebersamaan itu dan dalam semuanya.


:::::::::::::::::::::::the best unforgotable:::::::::::::::::::::::

Amat Sodikin, Anggun Ika Prastya, Asih Ratnasari, Beni, Bram Sherti Artdianzah, Christiana Shanti, Doni Widiatmoko, Endah Novita Sari, Eni Wijayanti, Evi Yulianis, Fika Andrian, Hardiyansyah, Hervi Ari Agung Safarada, Ika Widiawati, Ika Solekha, Indarsyah, Joko Susilo, Kadek Surne, Karsum, Katmiasih, Ketut Suwitre, Komang Tirtayasa, Lia Anggraini, Muhammad Natsir, Mujiyanto, Muslimah, Nego Linuhung, Niken Yolandari, Ni Ketut Suarmini, Ni Wayan Norma Nurmiati, Solekhah, Sri Purwanti, Tri Nurhayati, Thomas Kristanto, Yani Novetri, Yopi Prihandoko. 

I    L O V E    Y O U    F U L L     X I I     I P A